Selasa, 13 Oktober 2009


Menang-kalah dalam kontes memang tak bisa dipastikan, tapi semakin dekat dengan konsep penjurian, maka nilai tinggi akan lebih mudah dicapai. Tanpa menghilangkan nilai idealisme seni, bonsai tetap memberikan nilai tinggi. Bahkan dengan melihat aturan tersebut, mampu meningkatkan ketajaman seni dari pebonsai pemula.

Wawang Sawala, Juri Bonsai Indonesia, mengaku kalau masih ada pebonsai yang ikut dalam kontes, tapi tak mengerti apa saja yang dinilai. Sebab, masih banyak yang menilai bonsai sebagai satu karya seni yang hanya dilihat sebagai seni tanpa ada aturan baku.
Padahal bila dilihat ke belakang – di edisi Tabloid Gallery sebelumnya – kontes bonsai penuh dengan tahapan penilaian yang kompleks. Akhirnya yang ada saat kontes adalah peserta protes kenapa miliknya tidak mendapatkan hasil yang diinginkan.
“Saat dibalik Tanya, apa mereka mengerti apa saja yang dinilai, baru mereka diam. Dan ironisnya, hampir di setiap kontes akan muncul pebonsai yang mengungkapkan kekecewaan yang sama, tanpa tahu sebabnya,” ungkap Wawang.
Padahal hal seperti ini bisa dihindari dengan mengetahui dan mau belajar apa saja yang harus disiapkan, mana yang baik dan mana yang kurang baik untuk ditampilkan. Sebab, bagaimana pun juri tetap mengacu pada draft yang sudah disetujui oleh perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI).
Dan tentunya, para juri yang diambil memang mempunyai kompetensi yang sesuai. Bila aturan sudah dipahami, maka akan mudah untuk memprediksi hasil yang keluar dan bila tak sesuai bisa dilakukan diskusi dengan juri.
“Kalau peserta sudah mengetahui materinya, itu lain soal, karena jadi satu diskusi positif, bukan debat kusir. Dari situ, maka akan muncul pembelajaran baik bagi penghobi maupun juri,” ujar Wawang.
Untuk penilaian, juri akan menggunakan lima skala, yaitu mulai dari kurang dengan nilai 51-60, kemudian cukup mulai dari 61-70, baik nilai 71-80, dan terakhir sangat baik 81-90. Pada penentuan bendera, maka akan ada akumulasi nilai, dimana berhak menyandang bendera merah dengan nilai di atas 321.
Sedangkan satu tingkat di bawahnya, antara 301-320 dan di level paling bawah untuk mendapatkan bendera dengan kisaran nilai 281-300. Biasanya, bendera merah akan menempati bagian yang terbaik. Sedangkan untuk posisi di bawahnya, ada yang mengguankan warna kuning dan hijau.
Lekukan Indah di Gerak Dasar
Pada penilaian di gerak dasar, maka fokusnya adalah di akar dan batang, sehingga pebonsai harus memperhatikan kemana arah gerakan akar dan batang. Bagi para senior, tentu sudah mengerti mana yang baik dan tidak, tapi untuk pemula cukup kesulitan untuk membentuk bagian akar dan batang.
Akar harus memperlihatkan kekuatan untuk menopang batang dengan minimal tiga titik. Akan lebih baik, bila akar terlihat melingkar dari seluruh bagian batang.
“Tiga titik jadi angka minimal untuk menopang dan itu harus dimiliki. Sebab akar mempunyai tiga fungsi, yaitu menahan pohon, menentukan keberadaan, dan tentunya fungsi utama menyerap makanan,” terang Wawang.
Bentuk batang juga akan mempengaruhi gerakan akar, karena di batang yang miring maka akar harus lebih kuat pada arah condongan untuk menahan batang. Jika batang ke kanan, maka akar harus lebih banyak di bagian kanan, bukan di kiri. Jadi bila mendapatkan akar yang kurang seimbang, bisa dilakukan penempelan untuk memperkuat/memperbesar bagian akar.
Gerakan batang juga akan mempengaruhi, selain dari ukuran yang makin kecil ke puncak liukan lebih baik bila tidak berkesan datar. Contohnya, untuk gaya in-formal liukan harus mampu memberikan dimensi dengan gerakan ke depan kiri dan kanan. Jadi, saat melakukan tekuk batang harap dipertimbangkan konsep ini.
Karakter tua juga masuk dalam gerak dasar, sehingga jenis yang mampu mengeluarkan karakter tua, seperti santigi maupun cemara udang maupun beringin, mampu memberikan nilai yang baik. Dengan kontur pecah di batang, terutama pada senitigi, mau-tidak-mau jenis ini punya kelebihan.
Proporsional untuk Kematangan
Kematangan lebih menunjukkan adanya satu keseimbangan ukuran antara akar, batang, cabang, dan ranting. Di sini, kombinasi ke semua bagian akan membentuk satu visualisasi yang indah. Jadi bila batang yang muncul mempunyai diameter sekitar 5 cm, maka cabang yang keluar setidaknya mempunyai ukuran 2-3 cm.
“Untuk bagian ini, orang awam biasanya sudah bisa merasakan apakah ukurannya seimbang atau tidak,” imbuh Wawang.
Kelengkapan tanaman juga memberikan nilai untuk melihat ketuaan tanaman, dimana semakin lengkap bagian tanaman, nilainya makin tinggi. Namun bukan berarti banyak cabang akan memperbanyak nilai, karena yang diutamakan adalah bagian fisiologis, yaitu akar, batang, cabang, ranting, dan daun.
Dengan posisi yang lengkap, maka dimensi atau kesan besar dan jauh dari pohon harus terlihat. Caranya, bisa dengan memberikan gerakan cabang atau ranting di bagian belakang tanaman. Posisi batang juga menentukan penilaian. Contohnya, gaya tegak ke atas baik diletakkan di tengah pot. Jadi, pot dan tanaman jadi satu-kesatuan bentuk yang tak bisa dipisahkan.
Keserasian dari Kombinasi Aksesoris
Pada poin keserasian, ini jelas harus menunjukkan proporsi dan keserasian dari semua bagian tanaman, termasuk masalah kesehatan. Di sini jelas sehat harus didapat dengan ciri daun yang mengkilat. Lalu, bagaimana dengan bonsai yang menggunakan gaya rontok daun?
“Rontok masih bisa tergolong sehat, seperti halnya pohon jati saat musim meranggas akan kehilangan semua daunnya. Bahkan untuk gaya ini, nilainya sering mendapatkan apresiasi bagus, karena jarang yang berani melakukannya. Selanjutnya adalah peletakan dalam pot,” kata Wawang.
Posisi akan menentukan prestasi, memang bukan hanya slogan buat mencontek. Sebab, di bagian ini akan memberikan nilai cukup besar. Kombinasi serasi antara pohon dengan pot, jadi hal penting, terutama dari bentuk, kedalaman, dan warna. Bentuk pot bulat akan baik digunakan pada gaya ke atas tegak dengan cabang dan melingkar. Sementara warna, memang lebih mencerminkan kesan tua dengan coklat tua maupun coklat muda.
Kemudian untuk menjadikan tanaman berkesan tua, tentu harus mempunyai bagian yang mati, tapi tetap menempel. Di bagian ini tentu akan memberikan kesan tua yang kental, apalagi bila dilakukan penghalusan untuk memunculkan warna alami kayu. Hindari penggunaan cat, karena juri akan memberikan catatan khusus. Selain itu, melakukan penempelan batang mati untuk memberikan kesan tua masih belum diijinkan.
Hukum Alam di Penjiwaan
Keseimbangan optik di sini jelas mengutamakan kemudahan dalam melihat bonsai. Artinya, bentuk keseluruhan tanaman tidak ada kejanggalan. Jadi, sangat penting untuk memperhatikan tajuk berdasarkan sinar matahari. Di sini tajuk yang terkena sinar langsung harus lebih besar dibandingkan yang tertutup.
Selanjutnya adalah gerakan batang yang akan mencirikan dimana dia tumbuh, sehingga tak sekedar mengolah gaya, tapi harus berdasarkan hukum alam. Contohnya, untuk tegak lurus harus mencirikan tumbuh di wilayah yang luas, sehingga cabang dan ranting punya gerakan lebih bebas.
Bonsai sebagai karya seni, mau-tidak-mau harus memberikan pesan yang menyesuaikan dengan kondisi fisiologisnya. Contohnya, bonsai yang hidup di daerah gersang harus mencirikan kesulitan mendapatkan air. Begitu juga untuk daerah yang subur, maka tanaman harus terlihat gemuk dan sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar